haloowen

6.4.12

HILANGNYA NURANI MANUSIA KARENA TUNTUTAN EKONOMI


HILANGNYA NURANI MANUSIA KARENA TUNTUTAN EKONOMI

Dewasa ini kita sering menjumpai berita-berita ”miris” tentang pencurian, perampokan, penculikan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan di televisi, radio, maupun media iformasi lainnya. Mengerikan memangmembayangkan kejadian-kejadian tersebut. Mungkin kita berfikir, bagaimana bisa seseorang tega melakukan hal-hal keji kepada saudaranya sendiri. Apa mereka sudah tidak punya hati nuran lagi? Mereka tidak memikirkan bagaimana perasaan keluarga yang kehilangan orang yang mereka sayangi dengan cara yang ”mengenaskan”.

Namun mungkin kita tidak sampai berfikir alasan-alasan yang mereka punya hingga tega melakukan tindakan-tindakan seperti itu. Kita langsung saja men”judge” mereka , bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak berpendidikan, tidak berperikemanusiaan, dan mereka tidak layak tinggal di sini, mereka harus mendapatkan hukuman setimpal, bahkan hukuman mati bila perlu. Namun perhatikan juga orang-orang kaya yang enak-enakan di rumah mereka yang megah dengan perabotan mewah, mobil yang lebih dari satu, belum lagi pehiasan-perhiasan yang mereka simpan. Apakah kebanyakan dari mereka memperoleh itu semta dengan cara yang halal? Dengan cara yang tidak menyakiti orang lain? Jawabannya tidak.

Kita tentu sering mendengar berita-berita tentang korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum pejabat. Bahkan banyak sekali anggota DPR yang tertangkap melakukan tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme. Namun apa yang terjadi kemudian? Para koruptor itu dapat dengan mudah bebas hanya dengan memberi ”suap” kepada orang-orang yang seharusnya mengadili mereka. Lalu dengan leluasa mereka dapat melakukan korupsi lagi, bahkan sekarang tanpa hambatan karena mereka sudah mendapat perlindungan hukum. Hal itu membuktikan bahwa urat malu mereka sudah putus. Sekarang bandingkan dengan seorang pencuri ayam, dia harus menanggung sakit luar biasa karena tertangkap massa, kemudian dia juga harus dipenjara berbulan-bulan, belum lagi jika harus membayar denda. Padahal dia melakukan hal itu hanya untuk memperoleh sesuap nasi.

Sekedar informasi, ada 23 ribu orang yang memiliki kekayaan di atas 10 milyar, itupun rumah, mobil, dan perhiasan tidak dihitung, bila dihitung semua mungkin lebih dari 20 milyar. Terdapat 400 ribu unit apartmen di Australia adalah milik orang Indonesia, belum lagi di Singapura ada 100 ribu unit dan di Malaysia 25 ribu unit. Namun bandingkan dengan data yang diperoleh pad Maret 2007, terdapat 37,17 juta orang miskin di Indonesia, dan pada bulan Juli 2007 angka itu bertambah menjadi lebih dari 40 juta orang.

Dari bukti-bukti tersebut semakin nampak kesenjangan sosial maupun ekonomi yang terjadi di Indonesia. Tidak heran bahwa kejadian-kejadian mengenaskan tersebut muncul dan merajalela. Mereka mungkin sudah frustasi mencari pekerjaan yang layak. Mereka yang berusaha berjualan(pedagang kaki lima) di pinggir jalan karena tidak sanggup membayar uang sewa, diusir oleh satpol PP, sepertinya mereka itu hanya seonggok sampah yang harus dimusnahkan karen membuat buruk pemandangan. Padahal mereka hanya mengandalkan penghasilan berjualannya itu untuk makan dan menyekolahkan anaknya. Sementara mal-mal megah dibiarkan berdiri dengan angkuhnya di tempat-tempat yang seharusnya menjadi lahan hijau.

Cerita lain lagi, saat anak-anak miskin berjuang agar bisa bersekolah, anak-anak orang kaya yang sebenarnya kurang pandai dapat dengan mudah masuk sekolah berkualitas karena uangnya, menggeser anak-anak miskin yang tidak punya uang namun memiliki kemampuan akademis. Mereka, anak-anak orang kaya dengan tanpa perasaan berfoya-foya menghamburkan uang mereka untuk hal-hal yang sebenarnya tidak begitu penting. Di sisi lain anak-anak orang miskin harus bekerja seharian penuh hanya untuk mengisi perut mereka. Bukankah hal itu sangat mengenaskan? Mereka orang-orang yang tidak mampu berusaha sangat keras untuk memperoleh makanan, sementara pejabat-pejabat dan pengusaha hanya dengan duduk santai bisa mendapatkan banyak uang yang sebenarnya adalah hk orang-orang miskin itu.

Jadi sebenarnya di mana hati nurani mereka? Mereka yang punya rumah mewah, mobil mewah, dan uang berlimpah tega membiarkan orang-orang miskin kehilangan harga diri. Orang yang tidak punya apa-apa itu menjadi buta. Buta akan rasa kemanusiaan, hingga sampai hati mencuri, merampok, menculik, bahkan sampai membunuh hanya untuk mengisi perut mereka.

Lalu apa yang dapat dilakukan? Semestinya pemerintah bisa mengatasi permasalahan ini dengan membuka lapangan pekerjaan. Jangan malah mengambil lahan pekerjaan mereka dan memberikannya kepada orang asing, mengusir pedagang-pedagang kaki lima yang sekedar ingin mencari makan, sebaiknya urus saja para pejabat tinggi yang dengan tidak tahu malu melakukan tindakan korupsi agar rakyat kecil tidak menderita lagi, karena hak mereka diambil dengan semena-mena. Dan sebaiknya kita juga ikut peduli dengan orang-orang kecil. Paling tidak kita bisa memberikan bantuan sosial dan sebagainya.

Semoga kemiskinan di Indonesia dapat segera diatasi dan seluruh rakyat Indonesia bisa merasakan kebahagiaan dan tidak perlu lagi pergi ke luar negeri untuk mendapat pekerjaan dan penghasilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar