haloowen

3.12.11

makalah disaster management-banjir kota malang


FLOOD DISASTER MANAGEMENT
1.      Pemilihan Bencana
Di essay ini saya memilih bencana banjir di Kota Malang  untuk topik pembahasan. Saya memilih bencana banjir ini karena wilayah Kota Malang sering mengalami jenis bencana ini. Tak dipungkiri bahwa setiap musim penghujan, wilayah Kota Malang, misalnya di daerah Jalan Galunggung dan Daerah Kota Lama tak luput dari sergapan banjir. Keadaan kota sangat padat oleh permukiman dan perumahan dimana sebagian besar lahan di Kota Malang ini telah mengalami alih fungsi lahan. Lahan yang seharusnya digunakan untuk resapan air kini telah beralih fungsi menjadi bangunan (antaranews, 26/12/2007)
Lahan-lahan yang seharusnya untuk resapan air namun ternyata digunakan untuk permukiman maupun perumahan menyebabkan daya guna lahan berkurang. Tanah  menjadi kurang baik dalam  menyerap air sehingga air lolos begitu saja sebelum sempat diserap atau bahkan tanah tidak bisa menyerap samasekali. Hal inilah yang menimbulkan berbagai masalah lingkungan. Salah satu dampak yang terlihat jelas dan sangat merugikan adalah banjir ini.
Sangat banyak kerugian yang dialami masyarakat karena bencana banjir ini, seperti kerugian harta benda yang hanyut oleh banjir, penyakit yang timbul karena banjir, serta pemandangan yang tak sedap dipandang. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk mengatasi hal ini, bagaimana caranya agar bencana banjir tidak terus-terusan mengancam Kota Malang. Perlu kerjasama dari berbagai pihak agar bencana ini dapat diatasi dan tidak menjadi momok bagi masyarakat Kota Malang, tidak hanya dari pemerintah saja namun juga masyarakat yang bersangkutan itu sendiri. Tidak bisa hanya menyalahkan satu pihak sedangkan semua warga Kota Malang ikut bertanggung jawab atas bencana yang terjadi di Kota Malang. Berikut sedikit ulasan mengenai pengelolaan bencana banjir.

2.      Unsur-Unsur yang Terdapat pada Bencana Banjir
2.1  Hazard/ Potensi banjir
Hazard atau potensi yang dapat menimbulkan bencana banjir adalah curah hujan yang tinggi, sedangkan tidak ada lahan untuk resapan air hujan. Atau pendangkalan sungai akibat sampah yang menumpuk sehingga tidak mempu menampung debit air yang besar. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap tinggi muka air tanh, debit air sungai, serta limpasan permukaan. Curah hujan yang tinggi bila tidak dibarengi dengan pengendalian curah hujan ini sebagai tenaga perusak maka sangat berpotensi menimbulkan bencana salah satunya adalah banjir itu sendiri.

2.2  Kerawanan Bencana
Kerawanan bencana merupakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan potensi bencana. Hal-hal yang dapat menambah potensi bencana di antaranya adalah perilaku manusia yang kurang berwawasan lingkungan. Misalkan di Kota Malang ini adalah penyalahgunaan Ruang Terbuka Hijau untuk bangunan, membangun permukiman di DAS, serta kurang baikya system drainase yang ada. Hal-hal tersebut sangat membantu timbulnya bencana banjir. Apabila musim penghujan datang dan curah hujan menjadi tinggi, maka kondisi-kondisi di atas sangat memungkinkan terjadinya banjir.

2.3  Kapasitas
Kapasitas yang dimaksud di sini adalah peran masyarakat dalam memulihkan kembali daerah mereka setelah terjadi bencana, dalam hal ini banjir. Setelah terjadinya bencana, tentu masyarakat idak bisa tinggal diam melihat rumah mereka, wilayah mereka hancur oleh banjir dan hanya menunggu bntuan tiba saja. Tentu saja mereka harus segera memperbaiki kerusakan itu agar dapat segera digunakan kembali dan mereka dapat kembali beraktivitas seperti biasa.
Masyarakat harus mengenal banjir terlebih dahulu agar dapat mengantisipasi bencana ini dan memperbaiki kondisi wilayah mereka.

2.4  Resiko
Setiap wilayah di Indonesia tentu memiliki resiko bencana karena Indonesia memang terkenal dengan bencananya. Untuk itu kita harus mengetahui resiko-resiko terjadinya bencana di wilayah kita. Tempat-tempat yang memiliki resiko terkena dampak banjir di Kota Malang ini di antaranya daerah permukiman sekitar DAS, tempat yang memiliki ketinggian lebih rendah daripada tempat yang lain, yaitu misalkan  wilayah Kota Lama. Wilayah ini ini sering terkena banjir karena tempatnya yang relatif rendah, selain itu kondisi permukiman yang sangat padat serta drainase yang kurang baik.

2.5  Elemen-Elemen Resiko
Elemen-elemen dari resiko banjir terutama pada manusia, rumah, bangunan, dan materi.

3.      Pengelolaan Bencana Banjir di Kota Malang
3.1  Bencana Banjir di Kota Malang
Terdapat beberapa kejadian banjir di Kota Malang selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2007 tepatnya mulai selasa malam tanggal 25 Desember telah terjadi banjir yang mengakibatkan sekitar 111 rumah di lima kelurahan terendam air luapan Sungai Amprong, yaitu Kelurahan Madyopuro, Kelurahan Lesanpuro, Kelurahan Kedung Kandang, Kelurahan Mergosono, dan Kelurahan Kota Lama. Menurut warga sekitar, banjir yang terjadi kali ini merupakan banjir terbesar selama sepuluh tahun terakhir.
Menurut pemetaan yang dilakukan oleh Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satlak PBP) Kota Malang, terdapat 12 titik rawan bencana banjir dan longsor di lima kecamatan. Daerah-daerah tersebut terutama adalah di lima Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Malang dimana di kawasan-kawasan tersebut merupakan daerah padat penduduk. DAS-DAS tersebut adalah DAS Brantas, DAS Metro, DAS Amprong, DAS Bangau, dan DAS Sukun. Daerah yang paling rawan adalah DAS Brantas, Metro, kemudian DAS Amprong. Kerawanan tersebut disebabkan oleh karakteristiknya yang memiliki palung tajam serta tanah yang mudah longsor, selain itu DAS-DAS tersebut sangat padat penduduk.
Sementara itu, jalan-jalan raya yang juga rawan tergenang air karena luapan drainase yang mencapai 50-100 cm adalah di Jalan Sumbersari, Jalan Galunggung, Jalan Lokon, Jalan Raya Langsep, Jalan Letjen S Parman, Jalan Kedawung, dan Jalan Kaliurang. Jalan-jalan tersebut sering tergenang air dan menyebabkan macet karena drainase yang kuran baik. Apalagi saat musim penghujan, tak jarang daerah-daerah tersebut tergenang air, bahkan saat musim kemarau pun terkadang terdapat genangan-genangan air yang cukup tinggi dan mengahambat lalu lintas.
Parahnya banjir yang terjadi di Kota Malang ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya pembangunan drainase yang belum selesai di beberapa ruas jalan, dan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Yang paling berpengaruh adalah berkurangnya ruang terbuka hijau di Kota Malang. Luasan RTH Kota Malang hanya sekitar 14 persen dari total luas kota Malang, padahal ketentuan yang ditetapkan minimal 20 persen dari luas wilayah. RTH Kota Malang yang berbentuk taman hanya seluas 109.487 meter persegi yang tersebar di 31 titik. RTH di Kota Malang memang sudah banyak yang beralih fungsi di antaranya adalah bekas Lahan Akademi Penyuluh Pertanian (APP) di Tanjung berubah menjadi kawasan perumahan mewah (Ijen Nirwana) dan yang berlokasi di Jalan Veteran berubah menjadi mal, Malang town Square (Matos). Selain itu kawasan Pulosari sudah berubah menjadi swalayan Hero, kawasan Indrokilo (belakang Museum Brawijaya) berubah menjadi perumahan mewah, sebagian lahan Stadion Gajayana juga berubah menjadi mal, Malang Olympic Garden (MOG), hotel serta taman-taman kota juga banyak yang berubah menjadi gedung perkantoran.
Selain hal-hal tersebut, banjir di kota Malang terjadi karena perilaku masyarakat sendiri yang tidak mencerminkan cinta lingkungan. Banyak yang masih membuang sampah sembarangan di sungai,serta melanggar peraturan tata kota dengan mendirikan permukiman di daerah aliran sungai.

3.2  Respon
Dengan seringnya terjadi banjir di Kota Malang ini, perlu respon cepat dari pemerintah maupun warga sekitar. Kondisi buruk yang disebabkan oleh banjir seperti kekurangan pangan karena bahan makanan rusak tergenang air, kekurangan sandang yang hanyut oleh banjir, serta penyakit-penyakit seperti diare dan kolera selalu mengintai korban-korban banjir. Oleh karena itu, korban banjir sangat membutuhkan bantuan dengan cepat. Bantuan yang paling dibutuhkan adalah tempat untuk beristirahat atau pengungsian, pakaian, selimut, dan tentu saja makanan dan obat-obatan.

3.3  Rehabilitasi
Rehabilitasi berarti memperbaiki sesuatu yang telah rusak , dalam hal ini karena banjir. Rehabilitasi yang dapat dilakukan karena banjir adalah sebagai berikut:
a.       Melaksanakan pencatatan / inventarisasi korban dan kerugian harta benda
b.      Memperbaiki dan membersihkan rumah yang diterjang banjir
c.       Membenahi jembatan yang rusak akibat terjangan banjir
d.      Membersihkan dan memperbaiki jalanan yang biasanya rusak dan kotor akibat banjir
e.       Merehabilitasi mental dan fisik korban dengan memberikan bantuan agar korban dapat segera melakukan aktivitasnya

3.4  Rekonstruksi
Bila tahap rehabilitasi belum mampu meng-cover bencana yang terjadi maka perlu dilakukan rekonstruksi atau membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak karena banjir. Rekonstruksi yang dapat dilakukan di antaranya adalah:
a.       Pembangunan kembali jalan-jalan yang rusak akibat banjir dengan lebih kuat agar lebih awet dan tidak menimbulkan bencana baru
b.      Membangun kembali sarana-prasarana umum, permukiman, serta fasilitas sosial agar lebih tahan terhadap bencana
c.      Membuat laporan terjadinya bencana dan upaya-upaya yang dilaksanakan dalam rangka penanggulangan bencana.

3.5  Development
Development atau pengembangan dapat dilakukan pemerintah daerah/ setempat dengan mengadakan penyuluhan mengenai kebencanaan, mulai dari jenis-jenis bencana,  karakteristik bencana, pengelolaan bencana, dll. Hal ini dilakukan agar masyarakat memahami pentingnya mengenal bencana karena Indonesia sangat akrab dengan bencana sehingga masyarakat dapat mengantisipasi dan melakukan pencegahan terhadap bencana. Selain itu masyarakat harus mengenal dampak-dampak yang terjadi setelah bencana, seperti penyakit-penyakit yang timbul setelah terjadi banjir. Penyakit yang biasa timbul adalah kolera, penyakit kulit seperti panu, kadas, kurap, dll, serta diare. Apabila masyarakat mengetahui mengenai penyakit ini, maka mereka bisa mengantisipasi supaya tidak terjangkit ataupun bila sudah terjangkit dapat mengobatinya dengan tepat. Beberapa kasus terdapat korban meninggal bukan karena banjirnya namun justru penyakit yang diderita setelah terjadi banjir.

3.6  Prevention/ Pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir antara lain:
a.       Dari pemerintah daerah
-          Membuat peraturan mengenai tata ruang wilayah secara tegas agar tidak terjadi pelanggaran seperti membangun permukiman di wilayah DAS
-          Menolak secara tegas penggunaan RTH untuk bangunan seperti yang telah terjadi yaitu pembangunan Matos, MOG, serta Ijen Nirwana yang menyebabkan menyusutnya ruang untuk resapan air.
-          Memperbaiki/ menuntaskan drainase yang ada sehingga mampu menampung air hujan dan mengalirkannya dengan baik
-          Memonitor kondisi cuaca (curah hujan) agar dapat segera melakukan tindakan apabila kondisi memburuk
-          Membuat peta kawasan rawan bencana banjir
-          Membuat early warning system
-          Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai penanggulangan banjir
b.      Dari masyarakat
-          Mengubah pola hidup menjadi berwawasan lingkungan (membuang sampah pada tempatnya)
-          Tidak membangun permukiman di wilayah DAS yang rawan longsor dan banjir
-          Mampu bekerja sama dengan pemerintah dengan cara menjaga early warning system yang dibuat
-          Tidak menebangi pohon sembarangan
-         Membangun sarana pengamanan bahaya dan memperbaiki sarana / prasarana kritis ( tanggul, dam, bendungan, sudetan ).
-         Membuat lubang biopori di sekitar rumah. Lubang ini bisa digunakan untuk membuang sampah-sampah organic yang cepat membusuk, sehingga dapat terhindar dari banjir. Cara membuat lubang ini sangat gampang, cukup membuat lubang-lubang di sekitar rumah sedalam sekitar seuluh cm, semakin banyak lubang semakin baik.
-         Masyarakat juga harus mematuhi peraturan daerah yang telah ditetapkn oleh dinas pekerjaan umum (DPU) tentang resapan bahwa setiap rumah dengan luasan lebih dari 200 meter persegi harus memiliki sumur resapan sendiri dan untuk jalan serta taman juga wajib ada sumur resapannya dalam jarak tertentu.

3.7  Mitigasi
Selain melakukan pencegahan dengan cara-cara tersebut, tentu masih ada kemungkinan untuk bencana tetap terjadi dikarenakan factor alam yang manusia tidak dapat mencegahnya. Untuk mengantisipassi kejadian tersebut, maka kita harus membuat mitigasi bencana agar korban atau kerusakan yang terjadi tidak terlalu parah. Hal-hal yang bisa dilakukan di antaranya:
-          Membuat tanggul-tanggul sederhana seperti karung-karung berisi pasir di tempat-tempat yang rawan banjir agar luberan banjir tidak terlalu berbahaya bila sampai ke tempat penduduk. Di malang dapat diletakkan di sekitar DAS-DAS yang kebanyakan telah menjadi permukiman penduduk. Bendungan diletakkan di penjang DAS agar saat curah hujan tinggi, air tidak sampai naik ke rumah penduduk.
-          Membuat early warning system yang sederhana namun dapat digunakan untuk member informasi kepada penduduk akan datangnya bahaya banjir.

3.8  Preparedness/ Persiapan
Selain pencegahan dan mitgasi, perlu juga adanya persiapan untuk menghadapi datangnya bencana banjir. Agar saat banjir tiba-tiba datag, masarakat sudah siap untk menyelamatkan diri dari sergapan banjir, sehingga korban atau kerusakan materi dapat diminimalisir. Beberapa persiapan yang perlu untuk menghadapi banjir di antaranya:
-          Mengumpulkan dokumen-dokumen penting seperti ijazh, sertifikat rumah di satu boks atau wadah tahan air dan disimpan di tempat yang agak tinggi, misalkan di lemari bagian atas atau di atas lemari, atau mungkin ditempatkan di lantai dua apabila ada.
-          Menempatkan barang-barang yang perlu di bawa agar mudah dijangkau apabila sewaktu-waktu bajir dating, barang-barang sudah siap.
Selalu menyiapkan peralatan P3K untuk berjaa-jaga apabila ada yang membutuhkan pegobatan darurat.
-          Membuat jalan evakuasi yang mudah ditempuh agar saat banjir tiba, masyarakat dengan mudah menyelamatkan diri.
-          Menyiapkan tempat-tempat yang bisa dijadikan tempat hunian sementara (pengungsian) agar tidak bingung saat rumah terendam banjir.
Membuat posko-posko banjir dimana posko-posko ini bertugas Melaporkan tingginya curah hujan, melaporkan kecenderungan kenaikan muka air banjir, melaporkan adanya kejadian bencana banjir ke UPT sehingga dapat dilakukan penanganan dengan cepat bila terjadi banjir